* * ANGKASABOLA.COM
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat akan mengakhiri masa jabatannya pada 15 Oktober 2017. Kini ia disibukan dengan meresmikan berbagai fasilitas publik yang dibangun selama pemerintahan dia bersama gubernur sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Dalam setiap peresmian, Djarot selalu selalu menyampaikan permohonan maaf, ucapan terima kasih, sekaligus berpamitan kepada warga, mewakili Joko Widodo (Jokowi), Ahok, dan tentu saja dirinya. Hal itu karena ketiganya yang menjalankan roda pemerintahan DKI Jakarta selama Periode 2017-2022. TERPERCAYA
Apa yang disampaikan Djarot ini, membuat penulis Herry Tjahjono mengenang sosok Ahok yang kini meringkuk di balik jeruji besi rumah tahanan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, setelah divonis bersalah dan dihukum dua tahun penjara dalam kasus penistaan agama.
"Sesungguhnya Djarot tak pamit sendirian Ada 'belahan jiwa'nya - yang kini meringkuk dalam sel sepi - secara batin ikut pamit bersamanya. Kesetiaan menggetarkan antara Djarot dengan sahabat sekaligus mantan atasannya itu tak pernah bisa terhapuskan," kata Herry.
Berikut tulisan lengkap Herry, dikutip Netralnews.com, dari akun Facebooknya, Selasa (10/10/2017).
AKU PAMIT DALAM SEPIKU
(Cinta, Karya, Hormat)
Djarot Saiful Hidayat akan mengakhiri masa jabatannya pada 15 Oktober mendatang, ia pun berpamitan saat meresmikan Masjid Al-Mubarokah di kawasan Kalijodo.
Sesungguhnya Djarot tak pamit sendirian Ada 'belahan jiwa'nya - yang kini meringkuk dalam sel sepi - secara batin ikut pamit bersamanya. Kesetiaan menggetarkan antara Djarot dengan sahabat sekaligus mantan atasannya itu tak pernah bisa terhapuskan.
Fisik Ahok memang tak hadir, namun sekian banyak maha karyanya bersama Djarot bagi warga Jakarta menjadi saksi 'hidup'. Mereka semua seperti melambaikan tangannya pada warga. Hati Ahok dan Djarot seperti beriringan menyapa warga untuk terakhir kalinya.
Tak sedikit warga Jakarta yang mencintainya - bahkan dari banyak rakyat Indonesia - akan menatap lambaian 'tangan' hati kedua pemimpin itu. Kota Jakarta sendiri seperti pedih oleh perpisahan itu, sebab sebagian wajahnya mulai bopeng di sana sini. Sampah yang membusukkan sungai. Parkir liar yang menjamur. RPTRA yang terancam di sudut-sudut kota. Sebagian srigala politik yang siap menerkam dan memperkosa kota. Wajah kota ini nampak kuyu menyambut perpisahan itu.
Namun cinta warga tak akan pernah berlalu. Seperti cinta Ahok dan Djarot yang akan terus melimpahi Jakarta dan warganya.
Cinta, karya, hormat - tak akan pernah berlalu - selalu tercatat dalam buku hati rakyat dan jantung kota.
Djarot berpamitan. Namun dalam sebuah bilik sepi, seorang lelaki yang memberikan segalanya bagi kota dan warga yang dicintainya - juga berpamitan.
Aku pamit dalam sepiku, namun cintaku tak akan pernah berlalu bagi kota yang penuh warna ini..
0 comments:
Post a Comment